Jumat, 28 Juni 2019

DIKALA GABUT PULANG KULIAH


Kali ini gua mau cerita tentang ke gabutan gua pada saat pulang kuliah, ya waktu itu karena baru dikabarkan mendadak oleh dosen yg di jam terakhir dikarenakan tidak bisa hadir ke kelas dan akhirya sudah tidak ada kelas lagi, hmmmm lalu dikarenakan masih jam 11 siang waktu itu. Emang gua di kampus paling deket sama temen gua yg namanya Irzan dan Rizky, dikarenakan masih jam 11 siang waktu itu irzan ngomong “ Tu masih jam segini nih, enaknya kemana ya ? gabut dah gua, Hunting bus kuy ? “ dan gua menjawab  “ Wah boleh juga tuh zan, tapi di terminal mana ya ? “ , kata rizky “ terminal ponpin aja apa pondok cabe yak ? “. Lalu gua dan irzan “Pondok cabe aja kali ya kan klo ponpin kita dh sering ke sana “ . dan akhirnya kami memutuskan untuk ke terminal pondok cabe. Hehehe maklum lah emng gua tuh suka banget sama bis gatau kenapa dan alhasil temen-temen gua jadi ikut terbawa jadi suka sama bis
Sesampainya disana sudah menunjukan jam 1 siang dan sudah tinggal sedikit bis-bis yang terparkir disana dan ini adalah hasil foto-foto disana
Suasana Terminal Pondok Cabe

Hr 123 dan Bejeu B60






















Ga kerasa juga sudah jam 2.30 hmmm mungkin karena sambil foto-foto dan ngobrol-ngobrol jadi ga berasa, dan suasana terminal sudah mulai sepi karena bis-bis yang ada di terminal pondok cabe ini nantinya juga masuk ke terminal pondok pinang, kemudian kami ber3 memutuskan untuk mencari makan dulu di kantin terminal, oiya kami pikir nyari makan di kawasan terminal biasanya mahal ya tapi terminal pondok cabe ini harganya standar lah sama kyk di warung-warung makan diluar sana. Setelah kenyang makan akhir kami putuskan pulang


Sekian cerita kegabutan kali ini....

Rabu, 12 Juni 2019

Biografi Bapak Haji Haryanto owner dari PO Haryanto

Kisah Bapak Haji Haryanto merintis perusahaan PO Haryanto dan Haryanto Motor..

Gambar terkait
Merantau ke Jakarta tanpa uang dan pendidikan, Bapak Haji Haryanto akhirnya melamar sebagai anggota TNI. Setelah 20 tahun mengabdi di kesatuannya dengan pangkat terakhir kopral, beliau justru sukses berbisnis angkutan umum.

Kini penghasilannya tak kalah dengan para jenderal. Berkat ketekunan, keuletan, dan tentu saja garis keberuntungan yang tergores di tangannya, Bapak Haji Haryanto akhirnya memetik buah usahanya. Bagi Bapak Haji Haryanto ini disiplin memang bukan hal aneh. Maklum, beliau adalah mantan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Jangan pandang sebelah mata. Kariernya di TNI memang berakhir saat beliau berpangkat kopral. Tapi, Bapak Haji Haryanto benar-benar sukses mengelola bisnis.
Saat ini beliau memiliki 90 bus eksekutif yang melayani jalur Jakarta-Kudus, Pati, Jepara, Ponorogo dan Madura. 20 unit Bis Pariwisata. Selain itu, ia juga memiliki 150 unit angkutan kota (angkot) yang merajai seluruh trayek di Tangerang serta memiliki show room mobil dan 2 buah Rumah makan besar di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Bapak Haji Haryanto sendiri sebenarnya tak pernah menyangka ia akan menjadi pengusaha. Pasalnya, ia terlahir sebagai anak desa di Kudus, Jawa Tengah. Orang tuanya hanyalah buruh tani yang punya kerja sambilan sebagai tukang memisahkan tulang dan daging ikan di pasar.

Sejak kecil Bapak Haji Haryanto memang bercita-cita bisa berseragam loreng sambil memanggul senjata. Cita-citanya itu akhirnya kesampaian juga. Tahun 1979 beliau mulai bekerja di kesatuan angkatan udara Kostrad di Tangerang. "Saya dididik jadi pengemudi, tugas saya mengangkut alat-alat berat, meriam, beras untuk konsumsi dan perminyakan," kenang Bapak Haji Haryanto. Penghasilan yang beliau kantongi waktu itu sekitar Rp 18.000 per bulan.

Adapun Bapak Haji Haryanto , sejak kecil dididik untuk bekerja keras, mulai dari menggembala sapi milik tetangga, berjualan es atau sebagai tukang ngarit demi menambah penghasilan bagi kelangsungan hidup keluarganya. Maklum, keluarganya adalah keluarga besar. Bapak Haji Haryanto adalah anak keenam dari sebelas bersaudara.Meski ulet, ternyata Bapak Haji Haryanto cukup bandel. Buktinya, beliau tidak menyelesaikan sekolahnya di bangku Sekolah Teknik Menengah (STM) lantaran merasa tidak cocok. beliau lalu kabur dari rumah dan hijrah ke Tangerang. "Saya akan mengubah nasib," begitu tekadnya waktu itu.Berbekal tekad dan semangat yang kuat, di Tangerang Bapak Haji Haryanto lalu mendaftar sebagai anggota TNI.

Di sela-sela waktu bekerja sebagai sopir kendaraan militer di kesatuannya, Bapak Haji Haryanto pun meluangkan waktunya untuk menyopiri angkotnya. Saban hari beliau menyopir angkotnya pada pukul 15.00-16.00, kemudian bekerja di Kostrad hingga pukul 19.00. Selepas pukul 22.00, ia mulai mengemudikan angkotnya lagi hingga dini hari. Suka tidak suka, Bapak Haji Haryanto harus mengurangi waktu tidurnya demi menafkahi istri dan ketiga anaknya.Berkat rajin menyopiri angkotnya, tahun-tahun berikutnya Bapak Haji Haryanto terus membeli angkot dari uang yang ia sisihkan.

Bekerja sambilan jadi sopir angkot karena sudah bekerja dan mengantongi gaji, pada 1982 Bapak Haji Haryanto memberanikan diri untuk menikah. Tapi, gaji belasan ribu yang diterimanya tiap bulan itu ternyata tak cukup untuk menambal semua kebutuhan hidupnya. Bahkan, rumah sewa berukuran 3 x 4 meter yang beliau huni bersama dengan istrinya tak mampu ia bayar. "Untuk membayar sewa rumah saja saya utang," kenangnya. Kepepet dengan kondisi keuangan yang minim inilah yang justru mempertebal semangat Bapak Haji Haryanto untuk mulai mencari usaha sampingan. Pada 1984, dengan modal uang tabungan kurang dari Rp 1 juta, Haryanto nekat membeli satu unit mobil angkutan kota (angkot) buatan Daihatsu.beliau pun lalu menjadi sopir bagi kendaraan pribadinya yang berpelat kuning. Waktu itu rute yang ia tempuh Pasar Anyar-Serpong. "Dulu masih kebun karet, jalannya juga enggak sebagus sekarang," paparnya.

Kendati usianya baru 43 tahun, tahun 2002 lalu, ia melayangkan surat pengunduran diri. "Saya enggak dapat pesangon, tapi dapat pensiun Rp 800.000 per bulan," ujarnya.Sejak pensiun itulah Bapak Haji Haryanto justru sibuk dengan mainan barunya, yaitu PO Haryanto yang dirintisnya pada tahun yang sama. Waktu itu Bapak Haji Haryantomendapat kucuran kredit dari Bank BRI sekitar Rp 3 miliar. Uang itu ia gunakan untuk membeli enam unit bus senilai masing-masing Rp 800 juta. "Pinjaman itu saya pakai untuk uang muka beli bus," katanya.Semula Bapak Haji Haryanto mengoperasikan busnya untuk rute Cikarang-Cimone kelas non-AC alias ekonomi.

Modal untuk membeli angkot juga didapatnya dari hasil kerja sambilannya yang lain, sebagai perwakilan bus PO Sumber Urip yang ia tekuni sejak 1990-2000. Angkotnya terus beranak-pinak hingga puluhan dan terus bertambah menembus angka 100 unit. "Insya Allah sekarang saya telah memiliki jalur angkot hampir seluruh Tangerang," ungkapnya penuh syukur. Saat ini sekitar 150 angkot ada dalam daftar asetnya. Dari usaha angkotnya saja, jutaan rupiah berhasil beliau kantongi setiap hari.Tapi, Bapak Haji Haryanto bukan orang yang gampang berpuas diri. Tahun 1990 ia membuka satu gerai showroom mobil di Tangerang yang khusus menjual angkot dari beragam karoseri. Gerai ini tak membutuhkan modal yang banyak, Bapak Haji Haryanto hanya menyiapkan lahan bagi mereka yang ingin menjual angkotnya. "Modalnya hanya kepercayaan," tukas Bapak Haji Haryanto. Showroom ini pun cukup laris, setiap bulan sekitar 20-30 unit mobil berhasil beliau jual.Pensiun dari kopral, gajinya jenderal karena putaran roda bisnisnya semakin kencang, Haryanto pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari kesatuannya di militer.

Sayangnya, bus jurusan tersebut sepi penumpang. Maka, ia mengalihkan ke bus eksekutif yang ber-AC dan membuat rute baru yang tujuannya tak jauh dari kampung halamannya, yaitu Jakarta-Kudus, Jakarta-Jepara, dan Jakarta-Pati. Demi menjaga kualitas, Haryanto mendidik sopir-sopirnya agar tidak ugal-ugalan dan diprotes penumpang. Walau sudah menjadi juragan, Bapak Haji Haryanto pun tak segan-segan setiap hari nongkrong di terminal, memeriksa sendiri kondisi bus-busnya sambil mendengarkan keluhan penumpang.

Dari putaran roda bisnis di bisnis beragam angkutan penumpang ini, Bapak Haji Haryanto kini menangguk pendapatan yang lumayan. Karyawannya pun kini telah mencapai 600 orang. "Saya enggak nyangka sekarang bisa menjadi pengusaha," ungkap Bapak Haji Haryanto. Sebagai pengusaha, tentu saja penghasilan pensiunan kopral itu tak kalah dengan para jenderal.

Bapak Haji Haryanto agaknya sadar betul bahwa usahanya tak akan berhasil tanpa campur tangan Yang di Atas. Itu sebabnya, ia berikrar akan memberangkatkan sopir-sopirnya ke Tanah Suci. Maka dari itu, setiba dari Mekkah, kendati harga dolar sedang mahal-mahalnya, Bapak Haji Haryanto memenuhi janjinya pada diri sendiri untuk memberangkatkan karyawannya naik haji. Kesempatan pertama itu ia hadiahkan pada satu orang sopir yang telah setia bekerja padanya. "Dia sopir pertama yang saya berangkatkan ke tanah suci," ujarnya.

Mengongkosi Sopir ke Tanah SuciPergi ke tanah suci adalah impian Bapak Haji Haryanto, pemilik PO Haryanto. Itu sebabnya, ia selalu menyisihkan sedikit demi sedikit penghasilannya. Berkat uang hasil tabungannya itulah, pada 1997, akhirnya ia bisa berangkat ke tanah suci bersama orang tua dan istrinya. Sejak kakinya menginjakkan tanah suci itulah ia berjanji pada dirinya untuk menjalankan bisnis ini dengan sungguh-sungguh. "Alhamdulillah saya bisa ke Mekkah juga dari hasil usaha angkot," ujarnya.

Tradisi memberangkatkan karyawannya itu terus ia pelihara hingga sekarang. Bagi karyawan yang taat dan tekun beribadah, Bapak Haji Haryanto tak segan-segan membagi tiket untuk beribadah ke Mekkah..


Sumber : https://www.kaskus.co.id/thread/51bbf1e748ba54a661000001/kisah-sukses-po-haryanto/

Resep dan Cara Membuat Cilok Bandung

Resep dan Cara Membuat Cilok Bandung




resep / cara membuat cilok bandung
Sumber Gambar: Agrowindo

Simak bahan-bahan untuk resep cilok Bandung yang dapat kamu kreasikan di rumah dan cara membuatnya berikut ini.

Resep Cilok Bandung:

  • 100 gram tepung terigu.
  • 1 batang daun bawang.
  • 1 batang daun seledri.
  • Air secukupnya.
  • Garam secukupnya.
  • Merica secukupnya.

Cara Membuat Cilok Bandung:

  • Pertama-tama, siapkan loyang/wadah khusus agar mudah untuk mengaduk adonan cilok;
  • Campur dan aduk rata tepung tapioka, tepung terigu;
  • Tambahkan gula, daun seledri, garam dan mericca secukupnya;
  • Tambahkan kaldu ayam dan air secukupnya sembari mengaduk adonan;
  • Jika dirasa sudah cukup dan bisa dibentuk, maka proses selanjutnya adalah masukkan daun bawang dan membentuk adonan menjadi bentuk bulat;
  • Membentuk menjadi bulat dapat kamu gunakan dengan tangan, ataupun menggunakan sendok;
  • Siapkan panci berisi air, kamu bisa tambahkan garam bila perlu untuk menambah rasa serta sedikit minyak goreng agar cilok tidak lengket, dan rebus air hingga mendidih;
  • Setelah air mendidih, kamu bisa masukkan adonan cilok yang sudah berbentuk bulat ke dalamnya, tunggu hingga matang;
  • Tanda cilok telah matang dan siap diangkat adalah ketika cilok telah mengapung. Jika sudah mengapung maka bisa langsung kamu tiriskan;
  • Sajikan cilok selagi hangat bersama dengan bumbu lain seperti saus sambal, tomat, ataupun sambal kacang. Selamat menikmati!

Kamu bisa juga kreasikan cilok kamu dengan berbagai tambahan bahan makanan kekinian, seperti ikan tunadagingkeju, dan lain-lain. Tentunya caranya tidak akan jauh berbeda dari resep cilok tadi ya Toppers!

Sumber : https://www.tokopedia.com/blog/resep-cara-membuat-cilok/

Aspek Pengambilan Keputusan Keuangan terkait dengan Kurs Mata Uang Asing, serta kemungkinan Implikasi Bisnis yang terjadi akibat Fluktuasi Nilai Tukar

Sistem Keuangan Internasional Sistem keuangan internasional mulai dikenal pada tahun 1870, dimana saat itu emas merupakan standar dala...